Rabu, 05 Juni 2013

kilas quick count dari pilkada kota palangkaraya

Kota palangkaraya pada tanggal 5 juni 2013 telah menyelenggarakan pilkada dengan animo yang besar dari masyarakat. Jangka golput diperkatakan kurang dari 10 persen. Hal itu terjadi bukan karena pu kota serta struktur pendukungnya telah berhasil mengedukasi masyarakat. Kalau toh peran itu ada, bisa dinilai tidak signifikan. Animosity masyarakat dipicu oleh keinginan untuk mengubah arah pengelolaan kota. Berikut hasil quick count sementara per tanggal 5 juni 2013 sampai jam 5 sore dari data masuk sebanyak 39000 suara. Versi damar centre 1. FADI 20.91% 2. ZONA 1.71% 3. RIMO 26.95% 4. EDISAH 10.13% 5 DADI BAGUS 7.57% 6 DAMAR 32.74% Versi RIMO CENTRE 1 FADI 21.31% 2 ZONA 0.95% 3 RIMO 33.19% 4 EDISAH 9.27% 5 DADI BAGUS 5.68% 6 DAMAR 29.59% versi pembanding data dari kepolisian 1. FADI 20% 2. ZONA 1% 3. RIMO 29% 4. EDISAH 12% 5. DADI BAGUS 7% 6. DAMAR 31% Kesimpulan : DAMAR UNGGUL DENGAN RASIO 2 : 1 dengan metode perbandingan sudut pandang. Signifikansi dengan regresi 0.80

Jumat, 03 September 2010

Shi-Yakusho



Shi-yakusho? apaan tuh. Bagi orang-orang yang tinggal di kota-kota Jepang dengan berbagai-bagai kepentingan, Shi-yakusho adalah sesuatu yang mesti diakrabi mulai dari saat datang pertama kali sampai pada saat akan meninggalkan negeri ini. Ya Shi-yakusho adalah kantor pemerintahan kota di Jepang. Disinilah segala urusan kewarga-kotaan diurus. Tentu saja yang pertama kali diurus di kantor ini adalah status tinggal yang ditandai dengan sehelai semacam kartu tanda penduduk kalau di Indonesia. Kami lebih suka menyebutnya alien card he..he..he.. dianggap datang dari planet lain kali ya

Sekalipun kita mengunjungi Jepang dengan menggunakan visa kunjungan singkat atau populernya disebut visa turis yang biasanya maksimum diberikan selama 90 hari dan setelah itu bisa diperpanjang sekali lagi, sehelai kartu yang menegaskan identitas kita sebagai penduduk kota walaupun untuk sementara, tetap bisa diurus di kantor tersebut. Lumayan buat kenang-kenangan kalau pulang nanti ke Indonesia, bisa ditunjuk-tunjukan bahwa di suatu ketika pernah diakui sebagai penduduk Kota Jepang. He..he..he.. maaf cuman itu doang gunanya kalo buat turis.

Urusan lain yang bisa diselesaikan shi-yakusho sangatlah beragam, tapi sebagai orang asing yang hanya tinggal sementara di negeri itu, urusan kita dengan shi-yakusho ya hanya urusan-urusan tertentu saja yang berkaitan dengan kepentingan kita selama tinggal di Jepang. Saya akan sebutkan beberapa urusan-urusan yang umumnya dilakukan oleh orang asing di Jepang.

Asuransi kesehatan nasional yang sangat diperlukan ketika kita sakit dan harus berobat, karena mendapatkan potongan harga obat dan biaya berobat 70% dari total biaya kesehatan yang muahal di Jepang, dapat diurus di shi-yakusho, tentu setelah setelah mengisi aplikasi pendaftaran.

urusan lain yang penting juga adalah mendaftar untuk mendapatkan tunjangan anak. Tunjangan ini diperoleh jika kita memiliki anak. Semakin banyak anak kita ya semakin banyak juga yen Jepang akan mengalir ke rekening kita. Namun tentu saja ada pembatasan jumlah anak yang bisa diberikan tunjangan. Pemberian tunjangan anak itu tidak sembarangan, pendapatan orang tua akan menjadi pertimbangan. Namun umumnya orang asing yang tinggal di Jepang pendapatannya kalo tidak zero income ya dibawah 1 juta yen/tahun, eitt tapi jangan salah banyak juga lho orang-orang Indonesia yang berpendapatan tinggi di Jepang sehingga tidak bisa dipertimbangkan untuk mendapatkan perumahan publik yang murah meriah, berbagai tunjangan lain, karena dianggap sudah mampu . Sebentar..sebentar lha kalo zero income, bagaimana bisa hidup di Jepang yang muahal? ya itulah salah satu enaknya hidup di Jepang bahwa pelajar dan mahasiswa yang hidup dengan beasiswa (yang sebenarnya stttttt jangan kasih tau siapa-siapa ya… dah lumayan untuk hidup di Jepang), akan dianggap tidak memiliki income sehingga di anggap sebagai kaum duafa yang layak untuk dibantu.

Status yang dianggap sebagai kaum duafa inilah yang kemudian membanjiri orang-orang asing dengan berbagai-bagai macam kemudahan dan fasilitas, tentu saja ini hanya berlaku untuk orang-orang asing yang masuk secara legal ke Jepang. Surat keterangan yang menegaskan ke-duafa-an, diperoleh melalui pelaporan income yang dilakukan secara tahunan.

Jika anak bersekolah, maka ada bantuan untuk masuk sekolah kelas satu, bantuan tunjangan sekolah, bantuan kunjungan wisata, bantuan biaya makan siang di sekolah (sekolah di Jepang dari pagi sampai sore, tidak diperbolehkan ada kantin disekolah, sehingga siang hari, makan, yang dikelola pihak sekolah). Urusan untuk memperoleh tunjangan sekolah ini juga di lakukan di Shi-Yakusho.

Saya tambahkan lagi satu urusan penting di Shi-yakusho yang kelak akan saya tulis secara detail dalam tulisan tersendiri di blog ini, yaitu urusan mendapatkan apartemen publik yang murah meriah, namun oke punya. Biaya sewa apartemen di Jepang cukup tinggi untuk ukuran orang-orang asing, sehingga cara untuk mensiasatinya adalah memperoleh apartemen yang dimiliki oleh pemerintah kota. Tentu banyak yang meminatinya sehingga perlu dilakukan pendaftaran, untuk proses screening dan drawing. Nah pendaftaran untuk memperoleh apartemen pemerintah kota ini dilakukan di divisi housing di dalam Shi-yakusho. Nah kalau beruntung, akan mendapatkan hak untuk menempati apartemen selama-lama waktu tersedia tinggal di kota itu dengan biaya murah dan dapat diskon 30 % lagi. wow enak nian.

Urusan lain lagi adalah urusan beranak. he..he..he..he… ya biaya kelahiran anak di klinik bersalin atau rumah sakit yang mahal, akan dibayari oleh pemerintah kota. alhasil beranak gratis. Masih belum cukup. Bayi yang baru lahirpun setelah urusan sertifikasi selesai dilakukan, dan bayi tersebut kemudian resmi menjadi warga kota, maka ada hadiah kejutan yang akan diberikan pemerintah kota, uang sebesar 300,000 yen atau setara 30,000,000 rupiah wow jumlah yang lumayan. Nah semua urusan beranak dan hadiah dilakukan di shi-yakusho yang menyenangkan, ramah,bebas calo, dan bebas uang suap. Tentu saja tiap shi-yakusho di Jepang berbeda dalam cita dan rasa. Tapi tentu sepakat kalo dikatakan urusan di shi-yakusho jauh lebih baik dari shi-yakusho-nya Indonesia. Kapan ya kota-kota kita bisa punya shi-yakusho yang handal kayak di Jepang.

Nah demikianlah sekelumit urusan-urusan penting yang umumnya dilakukan oleh para pendatang di Jepang di sebuah kantor yang bernama Shi-Yakusho. Tempat ini memang pantas untuk diakrabi dan disayang-sayang he..he..he..he..he… I love you full Shi-Yakusho

Selasa, 17 Agustus 2010

Marah



Menjadi marah dan menumpahkan kemarahan kepada orang lain memang kelihatannya mudah dilakukan dan kebanyakan dilakukan oleh umumnya orang. Hanya saja tidak semua orang mampu marah dengan “baik” dan “tepat”. “Baik” maksudnya apakah marah itu bertujuan untuk memperbaiki orang lain yang menjadi sasaran kemarahan dan “tepat” maksudnya marah tersebut memiliki “timing” yang tepat pada situasi dan kondisi yang “pas”.

Seorang boss menumpahkan kemarahan kepada anak buahnya selama beberapa menit karena kesalahan yang dilakukan oleh anak buahnya. Namun efek dari marah yang terjadi selama kurang dari 5 menit itu dengan menggunakan pilihan kata-kata yang tidak manusiawi, menjelma menjadi pengalaman traumatik bagi sang anak buah. Sang anak buah akhirnya mengambil keputusan untuk mengakhiri nyawanya karena menganggap dirinya sudah tidak berguna lagi bagi sang boss. Namun dalam sebuah kisah yang lain, seorang boss yang marah-marah dan meletupkan amarah itu kepada seorang anak buahnya, namun justru berubah menjadi pecut yang melecut semangat dari sang anak buah untuk meraih keberhasilan.

Dua contoh kemarahan yang sama dengan dua sikap dalam menerima kemarahan yang berbeda, sesungguhnya menjadi pembelajaran bahwa amarah dapat menghasilkan efek yang bervariasi mulai dari yang merugikan sampai menguntungkan tergantung dari kekuatan mental dari orang menerima muntahan amarah tersebut. Bagi yang kuat maka muntahan amarah tersebut akan mampu menjadi kekuatan ekstra sebaliknya bagi yang lemah, maka dapat berakibat fatal.

Lalu jika demikian apakah kita tidak perlu marah atau tidak boleh marah?. Kesimpulan sementara, sedapat-dapatnya marah adalah selalu menjadi pilihan yang terakhir untuk menunjukan kesalahan, jika seandainya jalan persuasi sudah buntu. Dalamnya hati orang tidak pernah bisa kita duga dengan baik, adalah menjadi alasan kenapa marah adalah jalan yang harus kita tempuh dengan kehati-hatian bukan dengan sembrono.

Mari kita lihat apakah kesimpulan sementara itu “cocok” dengan kisah berikut ini. Alkisah, seorang Rabbi menumpahkan marah kepada para pengasong yang menjadikan pelataran sebuah rumah ibadah yang menurut aturan harusnya steril, sebagai pasar binatang yang ribut dan kotor. sang Rabbi marah dan mengusir para pedagang tersebut. dan ketika sang Rabbi ditanya kenapa mesti marah, dia hanya menjawab apa yang kamu lakukan jika ada orang dengan sengaja dan terus menerus mengotori rumahmu?. kamu tersenyum dan membiarkan orang terus mengotorinya?. Amarah sang Rabbi dipandang “baik” dan “tepat”. “Baik” karena dalam konteks mendidik untuk lebih menghargai rumah ibadah. “Tepat” karena situasi dan kondisinya ketika itu telah terjadi pembiaran yang telah berlangsung lama dan pengakomodasian terhadap kegiatan pasar binatang itu oleh pihak yang berwenang, dan tidak ada seorangpun yang berani menyatakan keberatannya secara langsung.

Sekarang mari kita cermati apa efek dari amarah sang Rabbi terhadap para pedagang yang dirugikan dan pihak berwenang yang juga dirugikan karena setoran jadi berkurang. Pedagang disitu pastilah dikendalikan oleh pikiran ekonomi. Ada permintaan, ada penawaran. Dimana ada kumpulan orang, pasti disitu ada permintaan dan kejelian pedagang disitu, adalah mengenali jenis permintaan dan berikhtiar menyediakannya. Lalu ketika lapak mereka digusur dari tempat yang tidak seharusnya, maka dengan mudah mereka mencari lapak yang baru di tempat yang seharusnya yang banyak tersedia disekitar rumah ibadah itu (perlu dingat bahwa yang dipersoalkan sang Rabbi adalah posisi lapak para pedagang ditempat yang terlarang dari rumah ibadah itu, bukan kegiatan berdagangnya). Jadi tidak ada efek yang membahayakan para pedagang sebagai hasil dari amarah sang Rabbi. Justru mereka menjadi diingatkan bahwa ternyata ada orang yang tidak setuju jika pelataran rumah ibadah itu digunakan sebagai pasar binatang.

Sebaliknya bagi pihak berwenang yang selama ini mengecap keuntungan dari kehadiran para pedagang itu, melalui setoran hariannya, amarah sang Rabbi itu, yang menyatakan ketidaksetujuan secara langsung, justru berpotensi mengecilkan pendapatan harian mereka. Dengan memperjualbelikan lapak-lapak di tempat yang terlarang itu, pihak berwenang mendapatkan tambahan penghasilan terhadap penghasilan resmi mereka. Kini para pedagang menjadi kapok berjualan di pelataran rumah ibadat yang benilai strategis secara ekonomi. Alhasil tingkah amarah sang Rabbi itu dipandang sebagai ancaman terhadap status quo yang selama ini telah dipelihara dengan baik tanpa ada gangguan. Jadi efek amarah sang Rabbi kepada pihak berwenang yang memfasilitasi pasar binatang itu adalah malahan menumbuhkembangkan kebencian pihak berwenang itu kepada sang Rabbi. Salahkah amarah sang Rabbi itu?